Kamis, 12 Desember 2019
Jumat, 18 Oktober 2019
Senin, 14 Oktober 2019
14 Oktober 2019
Melihat, mendengar dan berfikir hanya kesebuah pengetahuan.
Tapi saat mencoba untuk merasakan, disitulah pemahaman akan muncul.
Rabu, 09 Oktober 2019
09 Oktober 2019
Minggu, 06 Oktober 2019
Sabtu, 05 Oktober 2019
Senin, 30 September 2019
Semangat
Jika sayapku tak bisa menembus langit, jangan biarkan aku terjatuh(lagi).
Mungkin hidup memberiku takdir lain. Jika kemewahan hal yang tak bisa kugapai. Biarlah kesederhanaan yang bisa membuat kebahagiaan.
Bersemangatlah.
Aku tak boleh menyerah.
Aku harus terus berjalan walau tak bisa terbang.
Hidup harus terus berlanjut.
Sampai cintaku tumbuh sempurna
Jumat, 27 September 2019
Senin, 23 September 2019
TIDAK!
Mereka meminta, mendesak, bahkan memaksa, dan kau terus menerus mengikuti
permintaan mereka hanya karena kau ingin membuat mereka bertahan.
Atau kau menuruti kemauan mereka karena "ga enak"
Seiring waktu kau merasa kehilangan segalanya
karena kau terus memberi dan memberi dan memberi.
Sayangnya, kau tidak memberi untuk mereka, kau memberi untuk
kau bisa terus memiliki.
Kau tidak memberi, kau membeli!
Kau menderita tapi jangan membenci mereka,
mereka dikirim untuk mengajarkan bagaimana caranya berkata "tidak".
Karena berkata "tidak" adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.
Bagaimana bisa kau membuat seseorang menghargaimu
dengan tulus apa adanya jika kau tak menghargai dirimu?
-Buku Harian Pecinta Malaikat-
Kamis, 19 September 2019
Ngutip #1
Izinkan aku sekali saja,
Menikmati sebuah malam yang hening,
Berkendara di sepanjang jalan
kota yang sepi,
Kau berada disampingku,
Tanganmu dalam genggamanku,
Izinkan aku sekali saja.
Kau hanya perlu diam.
Kau bahkan tak perlu mencintaiku.
"Buku harian pencinta malaikat"
By Reza Rusandi
Selasa, 17 September 2019
Seperti ..
Ketika aku hanya berpikir kenapa hanya aku yang selalu jatuh di dunia ini, faktanya diluar sana ada yang lebih jatuh dari hidupku.
Jujur aku memang sudah hancur, tapi ketika mata dan telingaku terbuka akan apa yang ada diluar sana. Hatiku semakin menjerit.
Kenapa pikiranku sedangkal itu hingga lupa akan kebiasaanku dulu.
Mungkin ketika aku hanya bisa makan 1 kali sehari sekarang, mereka akan berpuasa seharian.
Maafkan aku belum bisa memberikan sebagian yang aku punya kali ini.
Aku bingung apalagi yang mesti aku tulis.
Aku merasa semakin berdosa. Aku salah akhir2 ini. Aku harap Tuhan memberi belas kasih kepadaku dan kepada mereka diluar sana (amin)
Minggu, 11 Agustus 2019
Minggu, 14 Juli 2019
Sabtu, 15 Juni 2019
Tolong
Jika tuhan mampu mendengar ..
Tolong dengarkan ..
Aku berdiri sudah sekuat tenaga
Aku sudah mencoba mengukuhkan hatiku
Biarlah yang jahat mendapat kebajikanmu
Dan yang baik mendapat pelukanmu
Aku tau
Aku hanya seorang manusia
Manusia yang kini sedang kau uji akan fisik dan batinnya
Tolong ..
Biarkanlah aku berfikir lurus
Biarkanlah aku masih ada dalam payung bayanganmu
Biarkan aku manjauhi pikiran negatif
Aku sudah berusaha
Tolong permudah langkahku
Dan luluhkan hati yang keras seperti batu
Terima aku ..
Aku mohon ..
Sabtu, 08 Juni 2019
Kamis, 23 Mei 2019
Pulangku..
Kaki tak sanggup melangkah, tangan tak sanggup mengetuk.
Aku takut.
Aku takut tak diterima. Aku tak sanggup melihat air matanya.
Tubuhku mendadak lemah. Jantungku berdetak kencang seolah akan membuat ledakan.
Aku terlalu hina memasuki apa yang ada di balik pintu itu.
aku disini.
Hanya sementara.
Meredakan sedih dan amarahku.
Aku tak sanggup membuka topeng untuk sebuah kebanaran.
Aku,
Masih harus memakainya untuk bisa melangkah kesana.
Setelah itu, aku pergi kembali. Meneruskan hukuman yang sedang menimpaku. Aku yang salah. Jadi aku tak akan membagi kesalahanku.
Jumat, 17 Mei 2019
Tak terlihat.
Sedari dulu jauh di dalam lubuk hati terdalam, apakah aku akan dicintai dengan benar ketika aku tidak memiliki apa-apa? Apakah aku akan di cari dan ditangisi ketika aku menghilang dari keramaian?
Ketika hidup hanya seperti sebuah debu yang diinjak, di lewati dan melayang karna tertiup angin.
Jumat, 26 April 2019
Penyesalan (2)
Jika bukan karna percaya,
Mungkin tak akan sejauh ini
Yang dulu berjanji akan selalu ada
Kini mencoba pergi dengan cara memaksa
Aku keliru,
Menetapkan pilihan yang ternyata tak baik untukku
Setelah hati dipatahkan
kembali muncul lagi
Dengan wajah tanpa dosa
Dan itu terus terulang.
Tapi sekarang,
Luka yang ditanam tak akan pernah dimaafkan
Aku berjuang mendapatkan hak aku
Tapi perjuanganku dengan mudahnya ditepis
Hatiku dikoyak, terasa seperti dihujani bebatuan
Hilangkan saja nyawaku!
Itu lebih baik daripada siksa yang terus diberi
Pikirkan,
Bagaimana aku berjuang untuk hidupku
Bagaimana aku mencari selembar kertas untuk masa depanku
Aku sendiri!
Dia?
Bisa seenaknya menghancurkan itu semua
Aku kira,
Setelah perlahan aku meninggalkan hal yang tak baik dihidupku
Semua akan menjadi lebih baik
Tapi,
Malah memperburuk semuanya.
Kalau aku bisa meminta lagi
Cobalah jadi sepertiku sebentar saja
Dan rasakan seperti apa rasanya berjuang sendiri tanpa ada yang memberi cinta.
Bagaimana rasanya sudah dinodai
Tapi dibuang begitu saja.
Cobalah
Menjadi aku.
Penyesalan.
Aku tidaklah lupa.
Dikepalaku, masih ada dia.
Apalagi hatiku.
Hanya saja, takdir menginginkanku menjauh.
Aku bisa apa, ketika aku membungkuk dia berpaling.
Manarik diri dari hidup yang harusnya dia tanggung.
Untuk sekarang aku hanya bisa berjalan ditemani air mataku. Melihat hujan menghilang sedikit demi sedikit.
Aku sendiri.
Menahan luka.
Hati yang kuat,
Sudah diporak porandakan.
Penyelasan memang selalu datang di akhir.
Aku sudah membuang sia sia waktuku di waktu kemarin.
Aku salah.
Dan aku menyesal.
Selasa, 23 April 2019
Malaikatku
Dulu ketika umurku masih sekitar 5 tahun, aku merasa hidupku sangat bahagia. Walau hanya eyang seorang yang merawatku. Rasanya tak sedikitpun luka yang pernah kudapatkan. Terkecuali rengekan tangis karna ingin sesuatu.
Eyang yang aku anggap lebih dari siapapun. Eyang yang selalu tersenyum dan selalu membuatku merasa nyaman dipelukannya. Walaupun seluruh tubuhnya sudah berkeriput, tapi tenaganya sangat kuat. Bayangkan saja, perjalanan dari atas gunung hingga ke perbatasan bisa kita lalui berdua hanya dengan sekali beristirahat. Dan kita berdua sangat menikmati perjalanan itu.
Eyang, orang yang selalu melilit tembakau dengan kertas, membakarnya dan menghisapnya hingga pipinya membentuk lekukan seperti mangkuk. Orang yang selalu menjadi benteng ketika aku di cemooh tetangga sebelah. Orang yang selalu memberikan apapun yang terbaik untukku di masa itu.
Eyang, maafkan aku.
Andaikan aku bisa bertemu terakhir kalinya di waktu itu, aku tak akan semenyesal ini.
Eyang, aku rindu.
Bisakah kamu datang dimimpiku malam ini?
Aku butuh senyummu...
Kamis, 18 April 2019
Titik terakhir
Setiap sebab ada akibatnya. Hidup berjalan seperti itu.
Ketika perjalananku terhalang tembok yang besar nan kokoh. Menutupi semua pandangan di depanku.
Apa ini titik terakhirku? Seperti inikah hidupku?
Ketika hujan berubah menjadi badai. Cahaya meredup diganti kegelapan.
Harapanku tertutup.
Aku menyerah.
Rabu, 20 Maret 2019
Lemahnya pasirku
Ketika ombak tiba-tiba datang, membuyarkan istana pasir yang sudah ku bangun dengan susah payah.
Kembali ku bangun, dan kembali lagi hancur oleh terjangan ombak.
Bermiliyaran butiran pasir, tetap tak akan kuat menahan ombak yang begitu ganasnya menerjang.
Pasir hanyalah pasir,
Tak akan menang melawan kuatnya tenaga ombak.
Pasrahkan saja.
Kamis, 14 Maret 2019
Cahaya.
Pernahkah kalian merasa ketika hati dan harapan akan seseorang sudah hancur, tapi tiba-tiba ada yang mengangkat perlahan dan merasa ternyata masih ada titik pengharapan itu.
Saya tidak menyalahi aturanMu ya rabb.
Hanya saja aku sudah tak tau kemana harus berpijak.
Terima kasih atas kabar yang cukup membuat linang air mata jatuh disertai senyuman tipis.
Kabar dimana selama ini aku sudah bertemu walau tak melihatnya. Terima kasih masih memperhatikanku, walau tak sepatah kata diucapkan.
Kemarin aku luapkan semua emosiku tentang dirinya. Terlalu banyak asumsi-asumsi kenapa aku ditelantarkan seperti ini. Sebenarnya masih belum terpecahkan.
Tapi,
Terima kasih atas harapan yang mulai dikembalikan tumbuh.
Aku hanya bisa berharap untuk sekarang.
Dan menunggu waktu atas jawaban dari semua banyak pertanyaan.
Jumat, 08 Maret 2019
Penyemangat dikala jatuh
Hidup itu rumit jika hanya berpikir pada satu tumpuan.
Perluaslah, hidup ini indah sebenarnya.
Sempit itu hanya sugesti saja.
Bersemangatlah.
Masih banyak jalan agar bisa menyelamatkan dari keterpurukan.
Jangan lihat orang lain.
Tapi lihatlah pada diri sendiri.
Pantaskan diri untuk mendapatkan yang lebih baik
Kuatkan hati agar jalan yang dilalui bisa ditempuh dengah mudah.
Bukalah mata.
Rasakan dan renungkan sebentar saja.
Begitu banyak yang perlu disyukuri.
Jangan meminta lebih.
Cukup sudah lebih baik.
Jangan menjadi serakah.
Itu hanya akan menghambat jalan.
"Sudah tersenyumkah hari ini?"
Terapkan kalimat itu setiap hari.
Itu akan membantu membuatmu tenang.
Percayalah.
Bukan orang lain, tapi diri sendiri.
Minggu, 24 Februari 2019
Kamis, 21 Februari 2019
Hujan
Bodoh, aku mencoba berjalan menyusuri jalan berharap aku bisa menaklukan hujan. Aku berfikir bisa berdamai dengannya. Tapi selang beberapa hari dari kejadian kemarin aku tebodohi lagi.
Aku tak bisa manaklukan hujan mengesampingkan egoku untuk berjalan sendiri. Berharap bisa berjalan beriringan dengan hujan.
Hujan meruntuhkanku lagi. Membasahiku. Membuatku sakit. Hingga menusuk jantungku rasanya.
Hujan kenapa egomu lebih tinggi. Kenapa kamu dan aku tidak pernah bisa berdamai.
Jika saja kamu mengerti. Sejak awal gerimis kecil menyentuhku memberikan pesona terhadapku, menggodaku agar aku mau merasakanmu hujan. Aku terperangkap, penasaran merasuki pikiranku hinggaku berjalan jauh mendekatimu. aku rela basah kuyup hanya demi bisa bersamamu, berharap aku diberi belas kasih. Tapi, kamu membodohiku. Basah yang kau beri disaatku di dekatmu melunturkan segala kagumku.
Hujan kenapa basah yang kau beri hingga sakit yang berlanjutan?
Jumat, 15 Februari 2019
Garis 5 tersisa 4
Tuhan,
Semilir angin saat akan hujan tak sedingin apa yang aku rasa sekarang.
Kembali aku kehilangan sosok penyemangat.
Aku merasakan kandas untuk yang kesekian kali.
Kepercayaanku terpatahkan satu garis lagi.
Hanya tinggal beberapa garis, tolong jaga garis itu hingga aku sampai ketujuanku.
Tuhan,
Aku percaya garis yang terpatahkan ini, akan kau ganti suatu hari nanti.
Egoku yang selalu menjadi wanita cengeng tolong hilangkan.
Kuatkan aku atas apa yang terjadi.
Kokohkan pendirianku atas badai yang menerpaku.
Tuhan,
Bolehkah hari ini saja aku merengek sejadi-jadinya atas hati yang dihancurkan?
Tuhan,
Jangan biarkan aku lemah saat hujan datang kembali.
Aku tak ingin basah lagi.
Butakan aku dan payungi aku sampai hujan berlalu.
Aku tak mau hal ini merusak apa yang sudah aku perhitungkan untuk tujuanku.
Kuatkan garis yang hanya terisa 4 ini.
Aku mohon ..
Rabu, 13 Februari 2019
Hinamu semangatku
Usah kau tanya berapa lama aku melangkah.
Cukup lihatlah, aku mampu sendiri.
Sudah cukup hinaan dan cemoohan kudapatkan.
Jangan kau renggut semangatku .
Jangan kau putus langkahku juga.
Hinamu membuatku jatuh.
Ludahmu membuatku hancur.
Tapi itu dulu sebelum aku kenal arti berjuang.
Keringat bercucur bercampur air mata.
Tak terasa darahpun ikut mengalir.
Tubuhku bergetar tatkala kau mendekat.
Tatapanmu membuatku membeku.
Nafasmu mengiris jiwaku.
Suaramu jelas menghancurkan semua harapan.
Biarkan aku pergi.
Sendiri aku bisa hidup.
Pikirmu aku tak mampu?
Salah.
Aku bisa melewati jalan berduri.
Yang menusuk belulang kakiku.
Menembus badai angin.
Yang menggoyahkan tubuhku.
Tapi,
Jasamu akan kubalas suatu saat.
Akan kubayar tuntas.
Hingga mulutmu tersumpal
Dan diam menelan kembali cacianmu.
Dari aku yang kau didik hingga seperti ini.
Aku tau kemana harus melangkah.
Aku tau resiko yang akan kudapat.
Aku ingin berlari menurut keyakinanku.
Kuusahakan terbang, agar lebih cepat sampai ke ufuk.
Hati-hati disana.
Sehebat apapun cacianmu.
Aku mencintai dia yang disisimu.
Jaga dia saat aku pergi.
Jangan kau biarkan dia menitikan air mata.
Jangan kau buat tubuhnya membiru.
Cukup aku.
Dia belahan jiwaku.
Yang salah mendaratkan hati dipelukanmu.
Senin, 11 Februari 2019
Orang asing
Aku yang biasa asyik dengan duniaku, mencoba menikmati apa yang telah aku dapatkan walaupun itu pahit tetap aku telan. Tapi waktu berkata lain ....
Hari dimana aku dipertemukan dengan seseorang yang sedikit membuat pemikiranku menjadi terbuka. Pertemuan yang seharusnya tidak terjadi. Aku bingung apa aku beruntung atau hanya mendapat sebuah cobaan. Perasaan takut yang selalu berkecamuk ketika aku mendapat sebuah kebaikan. Seolah ada yang membelah duniaku yang biasa aku putari sendiri, kini masuk orang asing menawarkan sebongkah harapan. Masuk kedalam sisi gelapku menjadi setitik cahaya di duniaku.
Orang yang aku tak tahu asal usulnya seperti apa. Begitu saja bisa mambaur kedalam duniaku. Menghancurkan tembok yang selama ini aku bangun dan berharap hanya aku yang ada didalamnya.
Maafkan aku yang hina ini. Maafkan atas pertemuan ini. Aku tidak bermaksud melibatkanmu ke dalam duniaku. Aku tidak bermaksud menenggelamkanmu kedalam kegelapanku.
Fakta tak ada orang baik di dunia ini telah dihapuskan dari hidupku. Terima kasih telah hadir. Terima kasih sudah menjadi bumbu indah di jalanku.
Rabu, 23 Januari 2019
Abu-abu
Anyway, aku sedikit merasa hidup itu tidak adil. Entahlah kenapa aku mempunyai pikiran sepicik itu. Hanya saja aku merasa iri dengan orang lain.
Terkadang aku ingin menghentikan apa yang membuat hidupku sulit, tapi disisi lain aku harus terus meneruskannya.
Melihat mereka bahagia dengan apa yang mereka miliki, kenapa selalu membuat aku terluka. Aku tidak marah pada mereka, aku iri. Aku ingin seperti mereka.
Hidup damai tanpa beban. Mempunyai keluarga yang utuh. Selalu dicintai. Aku menginginkannya. Sangat ingin.
Tapi tuhan punya jalan berbeda. Aku diberi langkah yang sulit, berantakan, ah sudahlah. Terkadang manusia memang lupa akan cara bersyukur.
Maafkan aku yang masuk dalam dunia kelam hanya untuk mengejar mimpiku. Hanya agar menghilangkan rasa iri ini. Aku tak terlalu tertarik akan kekayaan. Aku hanya butuh rasa sayang. Rasa dihargai satu sama lain. Karna jujur saja, aku hancur karena uang. Keluargaku hancur karna uang. Lingkunganku hancur karna uang juga. Bahkan sebelum aku lahir, uang sudah menghancurkanku.
Kalau boleh aku tau, benarkah sayang dan cinta bisa dibeli dengan uang? Bisakah anak dibeli dan dibuang begitu saja hanya dengan uang?
Aku terlalu naif jika aku berkata hidup tidak butuh uang. Ya segalanya memerlukan uang. Untuk bertahan hidup pun uang harus di kejar. Tanpa sadar uang sudah menelantarkan harga diri, rasa malu dan rasa iba.
Aku pernah ingin menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, mencoba acuh, tapi usaha percobaan itu nihil. Aku selalu ingin orang yang ada disekitarku tersenyum. Lebih baik aku seperti ini, karna melihatnya bahagia sudah cukup membuat tugasku selesai.
Aku merasa rendah jika mereka melihat kesedihanku. Membuatku salting dan entah apa yang harus dikatakan jika suatu hari nanti topengku ini terbuka.
Biarlah seperti ini, topeng ini sudah cukup membantuku. Semakin mereka bahagia, topengku semakin tebal. Yap, mungkin seperti itu.
Aku melihat masa depanku masih dipenuhi kabut abu-abu. Mungkin Tuhan masih memberiku tugas membahagiakan orang lain. Tuhan belum memberi izin aku untuk melangkah. Karna mungkin masih beberapa point soal lagi yang masih belum dijawab.
Setiap malam kabut itu mampir di mimpi. Membuat malamku menjadi sangat mengerikan. Seakan-akan takkan ada cahaya putih di depan sana. Semakin hari semakain gelap. Thats why everyday im scary about myself for the future.
Minggu, 06 Januari 2019
Senjaku
Ada pepatah mengatakan "sekeras-kerasnya batu jika terus terkena air akan berlubang juga", aku tahu aku kuat. Hanya perlu memasang badan dan mengkokohkan kaki jika suatu hari nanti ada angin kencang yang menerpaku.
Saat mataku terbuka dikala fajar aku akan menjadi wanita yang mungkin orang lain tak akan mengenaliku. Menjadi orang yang bisa diandalkan. Selalu melebarkan bibir dan memperlihatkan gigi yang tak rapihku setiap bertemu orang. And i know i can make a drama everytime, bcs i know nobody care about my life. life must going on and Stay to be humble.
Tapi, ketika senja mulai datang, badanku melemas. Rasanya sudah cukup aku berpura-pura kuat hari ini. I am afraid to tell people how i feel because i fear rejection, so i bury it deep inside myself where it only destroys more.
Have you ever wanted to cry but no tears came out, so you just stare blankly into space while feeling your heart break into pieces. Honestly, i am afraid about myself.
ketika aku bisa berada di sebuah bukit yang amat luas dipenuhi rerumputan dan ilalang, bisa merasakan hembusan angin menerbangkan pakaianku dan rambutku. Tak ada kebisingan kota, tak ada suara kendaraan ataupun teriakan orang. Hanya sebuah suara angin yang amat jelas ditelingaku. Membayangkannya saja membuat damai hatiku.
Seperti itulah mimpi senjaku.