Rabu, 23 Januari 2019

Abu-abu

Anyway, aku sedikit merasa hidup itu tidak adil. Entahlah kenapa aku mempunyai pikiran sepicik itu. Hanya saja aku merasa iri dengan orang lain.
Terkadang aku ingin menghentikan apa yang membuat hidupku sulit, tapi disisi lain aku harus terus meneruskannya.

Melihat mereka bahagia dengan apa yang mereka miliki, kenapa selalu membuat aku terluka. Aku tidak marah pada mereka, aku iri. Aku ingin seperti mereka.
Hidup damai tanpa beban. Mempunyai keluarga yang utuh. Selalu dicintai. Aku menginginkannya. Sangat ingin.

Tapi tuhan punya jalan berbeda. Aku diberi langkah yang sulit, berantakan, ah sudahlah. Terkadang manusia memang lupa akan cara bersyukur.

Maafkan aku yang masuk dalam dunia kelam hanya untuk mengejar mimpiku. Hanya agar menghilangkan rasa iri ini. Aku tak terlalu tertarik akan kekayaan. Aku hanya butuh rasa sayang. Rasa dihargai satu sama lain. Karna jujur saja, aku hancur karena uang. Keluargaku hancur karna uang. Lingkunganku hancur karna uang juga. Bahkan sebelum aku lahir, uang sudah menghancurkanku.

Kalau boleh aku tau, benarkah sayang dan cinta bisa dibeli dengan uang? Bisakah anak dibeli dan dibuang begitu saja hanya dengan uang?
Aku terlalu naif jika aku berkata hidup tidak butuh uang. Ya segalanya memerlukan uang. Untuk bertahan hidup pun uang harus di kejar. Tanpa sadar uang sudah menelantarkan harga diri, rasa malu dan rasa iba.

Aku pernah ingin menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, mencoba acuh, tapi usaha percobaan itu nihil. Aku selalu ingin orang yang ada disekitarku tersenyum. Lebih baik aku seperti ini, karna melihatnya bahagia sudah cukup membuat tugasku selesai.

Aku merasa rendah jika mereka melihat kesedihanku. Membuatku salting dan entah apa yang harus dikatakan jika suatu hari nanti topengku ini terbuka.

Biarlah seperti ini, topeng ini sudah  cukup membantuku. Semakin mereka bahagia, topengku semakin tebal. Yap, mungkin seperti itu.

Aku melihat masa depanku masih dipenuhi kabut abu-abu. Mungkin Tuhan masih memberiku tugas membahagiakan orang lain. Tuhan belum memberi izin aku untuk melangkah. Karna mungkin masih beberapa point soal lagi yang masih belum dijawab.

Setiap malam kabut itu mampir di mimpi. Membuat malamku menjadi sangat mengerikan. Seakan-akan takkan ada cahaya putih di depan sana. Semakin hari semakain gelap. Thats why everyday im scary about myself for the future.

Minggu, 06 Januari 2019

Senjaku


Ada pepatah mengatakan "sekeras-kerasnya batu jika terus terkena air akan berlubang juga", aku tahu aku kuat. Hanya perlu memasang badan dan mengkokohkan kaki jika suatu hari nanti ada angin kencang yang menerpaku.

Saat mataku terbuka dikala fajar aku akan menjadi wanita yang mungkin orang lain tak akan mengenaliku. Menjadi orang yang bisa diandalkan. Selalu melebarkan bibir dan memperlihatkan gigi yang tak rapihku setiap bertemu orang. And i know i can make a drama everytime, bcs i know nobody care about my life. life must going on and Stay to be humble.

Tapi, ketika senja mulai datang, badanku melemas. Rasanya sudah cukup aku berpura-pura kuat hari ini.  I am afraid to tell people how i feel because i fear rejection, so i bury it deep inside myself where it only destroys more.

Have you ever wanted to cry but no tears came out, so you just stare blankly into space while feeling your heart break into pieces. Honestly, i am afraid about myself.

ketika aku bisa berada di sebuah bukit yang amat luas dipenuhi rerumputan dan ilalang, bisa merasakan hembusan angin menerbangkan pakaianku dan rambutku. Tak ada kebisingan kota, tak ada suara kendaraan ataupun teriakan orang. Hanya sebuah suara angin yang amat jelas ditelingaku. Membayangkannya saja membuat damai hatiku.
Seperti itulah mimpi senjaku.