Aku kuat.
Aku yakin aku kuat.
Bodoh, aku mencoba berjalan menyusuri jalan berharap aku bisa menaklukan hujan. Aku berfikir bisa berdamai dengannya. Tapi selang beberapa hari dari kejadian kemarin aku tebodohi lagi.
Aku tak bisa manaklukan hujan mengesampingkan egoku untuk berjalan sendiri. Berharap bisa berjalan beriringan dengan hujan.
Hujan meruntuhkanku lagi. Membasahiku. Membuatku sakit. Hingga menusuk jantungku rasanya.
Hujan kenapa egomu lebih tinggi. Kenapa kamu dan aku tidak pernah bisa berdamai.
Jika saja kamu mengerti. Sejak awal gerimis kecil menyentuhku memberikan pesona terhadapku, menggodaku agar aku mau merasakanmu hujan. Aku terperangkap, penasaran merasuki pikiranku hinggaku berjalan jauh mendekatimu. aku rela basah kuyup hanya demi bisa bersamamu, berharap aku diberi belas kasih. Tapi, kamu membodohiku. Basah yang kau beri disaatku di dekatmu melunturkan segala kagumku.
Hujan kenapa basah yang kau beri hingga sakit yang berlanjutan?
Tuhan,
Semilir angin saat akan hujan tak sedingin apa yang aku rasa sekarang.
Kembali aku kehilangan sosok penyemangat.
Aku merasakan kandas untuk yang kesekian kali.
Kepercayaanku terpatahkan satu garis lagi.
Hanya tinggal beberapa garis, tolong jaga garis itu hingga aku sampai ketujuanku.
Tuhan,
Aku percaya garis yang terpatahkan ini, akan kau ganti suatu hari nanti.
Egoku yang selalu menjadi wanita cengeng tolong hilangkan.
Kuatkan aku atas apa yang terjadi.
Kokohkan pendirianku atas badai yang menerpaku.
Tuhan,
Bolehkah hari ini saja aku merengek sejadi-jadinya atas hati yang dihancurkan?
Tuhan,
Jangan biarkan aku lemah saat hujan datang kembali.
Aku tak ingin basah lagi.
Butakan aku dan payungi aku sampai hujan berlalu.
Aku tak mau hal ini merusak apa yang sudah aku perhitungkan untuk tujuanku.
Kuatkan garis yang hanya terisa 4 ini.
Aku mohon ..
Usah kau tanya berapa lama aku melangkah.
Cukup lihatlah, aku mampu sendiri.
Sudah cukup hinaan dan cemoohan kudapatkan.
Jangan kau renggut semangatku .
Jangan kau putus langkahku juga.
Hinamu membuatku jatuh.
Ludahmu membuatku hancur.
Tapi itu dulu sebelum aku kenal arti berjuang.
Keringat bercucur bercampur air mata.
Tak terasa darahpun ikut mengalir.
Tubuhku bergetar tatkala kau mendekat.
Tatapanmu membuatku membeku.
Nafasmu mengiris jiwaku.
Suaramu jelas menghancurkan semua harapan.
Biarkan aku pergi.
Sendiri aku bisa hidup.
Pikirmu aku tak mampu?
Salah.
Aku bisa melewati jalan berduri.
Yang menusuk belulang kakiku.
Menembus badai angin.
Yang menggoyahkan tubuhku.
Tapi,
Jasamu akan kubalas suatu saat.
Akan kubayar tuntas.
Hingga mulutmu tersumpal
Dan diam menelan kembali cacianmu.
Dari aku yang kau didik hingga seperti ini.
Aku tau kemana harus melangkah.
Aku tau resiko yang akan kudapat.
Aku ingin berlari menurut keyakinanku.
Kuusahakan terbang, agar lebih cepat sampai ke ufuk.
Hati-hati disana.
Sehebat apapun cacianmu.
Aku mencintai dia yang disisimu.
Jaga dia saat aku pergi.
Jangan kau biarkan dia menitikan air mata.
Jangan kau buat tubuhnya membiru.
Cukup aku.
Dia belahan jiwaku.
Yang salah mendaratkan hati dipelukanmu.
Aku yang biasa asyik dengan duniaku, mencoba menikmati apa yang telah aku dapatkan walaupun itu pahit tetap aku telan. Tapi waktu berkata lain ....
Hari dimana aku dipertemukan dengan seseorang yang sedikit membuat pemikiranku menjadi terbuka. Pertemuan yang seharusnya tidak terjadi. Aku bingung apa aku beruntung atau hanya mendapat sebuah cobaan. Perasaan takut yang selalu berkecamuk ketika aku mendapat sebuah kebaikan. Seolah ada yang membelah duniaku yang biasa aku putari sendiri, kini masuk orang asing menawarkan sebongkah harapan. Masuk kedalam sisi gelapku menjadi setitik cahaya di duniaku.
Orang yang aku tak tahu asal usulnya seperti apa. Begitu saja bisa mambaur kedalam duniaku. Menghancurkan tembok yang selama ini aku bangun dan berharap hanya aku yang ada didalamnya.
Maafkan aku yang hina ini. Maafkan atas pertemuan ini. Aku tidak bermaksud melibatkanmu ke dalam duniaku. Aku tidak bermaksud menenggelamkanmu kedalam kegelapanku.
Fakta tak ada orang baik di dunia ini telah dihapuskan dari hidupku. Terima kasih telah hadir. Terima kasih sudah menjadi bumbu indah di jalanku.